Rabu, 09 April 2014

Spesies Baru Burung Hantu Ditemukan di Lombok

Spesies Baru Burung Hantu Ditemukan di Lombok

         Spesies baru dari burung hantu telah ditemukan di Pulau Lombok. Penemunya adalah dua peneliti: George Sangster serta Ben King. Dan kini, tim ilmuwan internasional telah berhasil mendeskripsikannya. Rinjani Scops (Otus jolandae), nama spesies burung hantu itu.
    George Sangster, pemimpin peneliti dari Departemen Zoologi di Universitas Stockholm, Swedia, menggambarkan pertemuan pertamanya dengan spesies baru ini, pekan ini. "Kebetulan Ben King dari Departemen Ornitologi, Museum Sejarah Amerika, New York, berada pada saat yang sama," ujar Sangster dalam penelitian yang telah diterbitkan jurnal PLoS One, pekan ini.
         Penemuan awal spesies baru itu ia lakukan sendiri, 3 September 2003. Kemudian, pada 7 September 2003, Ben King kembali menemukannya di lokasi berbeda. 
              Burung hantu umum adalah spesies endemik yang terekam di Pulau Lombok. Namun mulanya, Sangster tak yakin apakah itu spesies yang sama dengan di Jawa dan Bali. Kemudian, berulang kali ia mencermati rekaman suara burung hantu itu. Termasuk kala mereka berduet, antara betina dan jantan, serta ketika berduel sesama pejantan.
     Sangster dan King masih belum yakin dengan spesies ini. Keduanya pun kembali memperdengarkan rekaman suara si burung hantu di kawasan itu. Burung hantu adalah burung teritorial. Jadi, ketika ada suara burung lain terdengar, mereka akan kembali ke wilayah itu dan biasanya akan datang untuk menyelidiki suara penyusup ini. 
           Para burung hantu pun menanggapi suara rekaman dari Sangster dan King. Bahkan mereka mendekati alat rekam para peneliti itu, membuat kedua ilmuwan semakin berkesempatan untuk melihat burung ini dengan sangat jelas. Menurut peneliti, vokalisasi adalah bagian penting dari informasi. Burung hantu Rinjani Scops pada awalnya tampak sangat mirip dengan Maluku Scops. Namun siulan mereka terdengar sangat berbeda. Para peneliti baru menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan spesies baru ketika mereka memeriksa literatur taksonomi dan mendengar rekaman suara itu lebih cermat. Untuk memverifikasi temuan itu, para ilmuwan mempelajari perbedaan bulu di museum, mengambil pengukuran dari berbagai bagian tubuh, dan menganalisis vokal lagu si burung hantu.
             Mereka juga menggunakan cara memutar vokal burung di lapangan untuk menentukan spesies yang ada di Lombok dan Sumbawa. Kemudian menggunakan data DNA untuk membandingkan semua spesies yang relevan. "Sejak dulu, burung dan pengamat burung telah mengabaikan pulau ini. Tidak seperti Jawa, Bali, Flores, dan pulau lainnya di wilayah itu," ujar Sangster.

           Menurut dia, studi ini menggarisbawahi bahwa selama 150 tahun penelitian ilmiah yang pernah dilakukan oleh peneliti internasional masih belum mengetahui semua burung di wilayah Indo-Malaya. "Indonesia adalah harta karun bagi taksonomis,

Sumber: Tempo.co

Tidak ada komentar: