Spesies
Baru Burung Hantu Ditemukan di Lombok
Spesies baru
dari burung hantu telah ditemukan di Pulau Lombok. Penemunya adalah dua
peneliti: George Sangster serta Ben King. Dan kini, tim ilmuwan internasional
telah berhasil mendeskripsikannya. Rinjani Scops (Otus jolandae), nama spesies burung hantu
itu.
George Sangster, pemimpin peneliti dari Departemen Zoologi di
Universitas Stockholm, Swedia, menggambarkan pertemuan pertamanya dengan
spesies baru ini, pekan ini. "Kebetulan Ben King dari Departemen
Ornitologi, Museum Sejarah Amerika, New York, berada pada saat yang sama,"
ujar Sangster dalam penelitian yang telah diterbitkan jurnal PLoS
One, pekan ini.
Penemuan awal spesies baru itu ia lakukan sendiri, 3
September 2003. Kemudian, pada 7 September 2003, Ben King kembali menemukannya
di lokasi berbeda.
Burung hantu umum adalah spesies endemik yang terekam di
Pulau Lombok. Namun mulanya, Sangster tak yakin apakah itu spesies yang sama
dengan di Jawa dan Bali. Kemudian, berulang kali ia mencermati rekaman suara
burung hantu itu. Termasuk kala mereka berduet, antara betina dan jantan, serta
ketika berduel sesama pejantan.
Sangster dan King masih belum yakin dengan spesies ini.
Keduanya pun kembali memperdengarkan rekaman suara si burung hantu di kawasan
itu. Burung hantu adalah burung teritorial. Jadi, ketika ada suara burung lain
terdengar, mereka akan kembali ke wilayah itu dan biasanya akan datang untuk
menyelidiki suara penyusup ini.
Para burung hantu pun menanggapi suara rekaman dari Sangster
dan King. Bahkan mereka mendekati alat rekam para peneliti itu, membuat kedua
ilmuwan semakin berkesempatan untuk melihat burung ini dengan sangat jelas.
Menurut peneliti, vokalisasi adalah bagian penting dari informasi.
Burung hantu Rinjani Scops pada awalnya tampak
sangat mirip dengan Maluku Scops. Namun siulan mereka terdengar sangat berbeda.
Para peneliti baru menyadari bahwa mereka
sebenarnya sudah menemukan spesies baru ketika mereka memeriksa literatur
taksonomi dan mendengar rekaman suara itu lebih cermat. Untuk memverifikasi
temuan itu, para ilmuwan mempelajari perbedaan bulu di museum, mengambil
pengukuran dari berbagai bagian tubuh, dan menganalisis vokal lagu si burung
hantu.
Mereka juga menggunakan cara memutar vokal burung di lapangan
untuk menentukan spesies yang ada di Lombok dan Sumbawa. Kemudian menggunakan
data DNA untuk membandingkan semua spesies yang relevan. "Sejak dulu,
burung dan pengamat burung telah mengabaikan pulau ini. Tidak seperti Jawa,
Bali, Flores, dan pulau lainnya di wilayah itu," ujar Sangster.
Menurut dia, studi ini menggarisbawahi bahwa selama 150 tahun penelitian ilmiah yang pernah dilakukan oleh peneliti internasional masih belum mengetahui semua burung di wilayah Indo-Malaya. "Indonesia adalah harta karun bagi taksonomis,
Menurut dia, studi ini menggarisbawahi bahwa selama 150 tahun penelitian ilmiah yang pernah dilakukan oleh peneliti internasional masih belum mengetahui semua burung di wilayah Indo-Malaya. "Indonesia adalah harta karun bagi taksonomis,
Sumber: Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar